Ada Kemudahan dibalik Kesulitan. Itu Pasti!

Saturday, March 23, 2024

Tenggelam di Dasar Luka Batin

Memutar kembali waktu jauh ke belakang, menyisakan banyak ruang kosong yang sulit untuk diisi. Bukan gak ada niat, bukan tanpa usaha, namun sepertinya semua kekuatan yang kukerahkan belumlah maksimal. Do'a-do'a pun kuhamparkan diatas sajadah selayaknya bintang yang bertebaran di langit malam. Namun aku merasa seperti, hilang.

Bertahun-tahun mencari arah pulangku sendiri, orang-orang di sekitar yang memberikan "tangan"nya tidak semua bisa kuraih, entah mengapa hatiku terasa enggan, berat, rasa percayaku jauh lebih menipis. Tapi kutahu, mereka ada dengan segala niat baiknya, dan beribu rasa terima kasihku. Tapiiii..

Aku kenapa?

Ya, itu yang kupikir, rasa, dan pertanyakan sekian lama. Bertahun-tahun berjuang dengan mental health issue yang kualami sendiri, tidaklah mudah. Trust issue yang semakin parah pun membuatku larut dan tenggelam di kesendirianku. Hingga akhirnya, aku sampai di fase, dimana aku kembali memutuskan untuk berjuang dan membuka diriku lagi.

Terlalu banyak hal yang bahkan sulit untuk kuurai disini, dan memang tidak semua ingin kuungkap. Ada beberapa bagian cerita hidup yang biarlah aku sendiri yang simpan, dan mungkin diketahui orang di sekitarku saja.

Untukku yang punya jiwa introvert ini, sungguh gak mudah harus membuka diri, bersosialisasi, ketawa terbahak dan benar-benar menjadi diri sendiri di depan semua. Seringkali merasa lelah yang teramat sangat di akhir hari, hingga membuat susah tidur padahal energi di badan sudah hampir terkuras habis. Namun jika aku benar-benar bisa melakukan dan merasakan itu semua tanpa lelah, itu artinya aku sudah menemukan circle yang hatiku percaya sepenuhnya.

Namun ternyata, hal itupun tidak sepenuhnya benar dan baik untukku. Lagi-lagi aku salah. Merasa percaya sepenuhnya itu gak selalu baik, karena justru menjadikanku pribadi yang oversharing, alih-alih tertutup atau membatasi. Kembali aku seperti hilang arah, sama sekali gak ngerti ke siapa aku harus bercerita.

Hingga bom waktu itu meledak, semua kepercayaan itu runtuh dan menjadi boomerang yang menyerangku di belakang. Jangan tanya sakit dan lukanya seberapa dalam, aku yakin dalam hal ini banyak juga yang punya pengalaman serupa, dengan kisah berbeda. Namun kami memilih untuk tidak bercerita satu sama lain. Ada rasa takut dan khawatir berlebih lukanya hanya akan bertambah, juga ada kendala jarak disaat Semesta belum mempertemukan kami Para Introvert di circle yang sama.

Ada pertanyaan yang menggelitik untuk kutanyakan kepada mereka, tentang "apakah kalian sama sepertiku, mempunyai jiwa penyendiri tapi tidak ingin merasa sepi? Apakah kalian sama sepertiku, mempunyai jiwa seperti ini namun dengan passion dan pekerjaan yang mengharuskan kita bertemu dan berinteraksi dengan orang banyak? Bagaimana kalian mengatasi rasa lelah yang bukan lelah fisik?".

Tapi oh, bukan, bukan berarti aku tidak bersyukur atas pekerjaan yang sudah dikaruniakan kepadaku selama ini. Tentu aku mensyukurinya dan juga sangat merasa itu adalah salah satu rezeki yang tak ternilai. Tapi sungguh, kadang ada rasa lelah yang untuk kuungkapkan pun terlalu susah.

Di tulisanku sebelumnya, sempat kusinggung sedikit bahwa aku sempat bolak-balik Psikolog dan Psikiater. Ya, itu benar, dan aku sempat harus mengkonsumsi beberapa jenis obat, setelah ada diagnosa yang keluar. Aku hanya bisa terdiam, saat dokter menyatakan, "Han, betul bahwa kamu sedang tidak baik-baik saja, tapi saya melihat kamu juga berusaha untuk keluar dari situasi ini. Saya senang, ada sisi diri kamu yang tidak menyerah. Itu terlihat dari cerita kamu selama ini",

Apa gak capek datang ke Klinik Kejiwaan seperti itu? Capek tentu aja, tapi syukurlah saat itu pihak Kantor memberikan ruang untukku recovery, dan aku selalu atur jadwal konsultasiku di jam sebelum berangkat kerja.


Belajar dari Kepercayaan yang Hilang

Sebagai Perempuan yang sudah melewati berbagai fase kehidupan, menurutku fase menjadi Ibu lah yang terberat. Saat tak hanya fisik yang diuji, namun mental dan kewarasan pun dipertaruhkan. Berkali-kali dikecewakan diri sendiri dan orang sekitar dengan rasa percaya yang tak berbekas dan tanpa sisa, membuatku sering menyalahkan diri dan merasa bodoh. Seringkali pertanyaan "mengapa" itu muncul di kepalaku yang overthink dan semakin lama semakin berisik.

Waktu juga lah yang kemudian membuat keberanianku muncul dan mulai tegap, untuk mulai menepi dan mundur teratur. Aku memutuskan untuk mencabut diriku dari titik yang aku merasa itu bukan tempatku lagi. Aku akhirnya mengambil kesempatan yang selama ini kudiamkan karena berbagai alasan yang mungkin beberapa diantaranya bahkan gak masuk akal. Semua karena bentuk penolakan atau denial yang ada padaku saat itu.

Di momen yang sama, ternyata rasa sakitnya tidak berkurang dan justru bertambah. Wow, sakitnya hampir membuatku mati rasa, karena sudah terlalu sakit, dan semua menyerang dari dalam. Rasa sakit yang tidak tampak dari luar, dan seringkali kututupi dengan senyuman. Rasa sakit, yang hanya akan dimengerti oleh yang merasakannya sendiri.

Namun, apakah yang hilang itu selamanya harus hilang?


Memutuskan Bangkit dan Kucari Sumber Kekuatanku

Malam-malam penuh air mata di sebelah lemari yang ukurannya jauh lebih besar dari badanku, dimana aku kadang menenggelamkan kepalaku ke salah satu bagiannya, mampu membuatku kehabisan tenaga hingga tertidur. Diantara tidurku itulah, sering datang mimpi yang hanya aku ingat sekilas aja, tapi aku jelas mendengar pesan yang seolah memperingatkanku.

Sering setelah mimpi itu, terperanjat kaget dan akhirnya susah tidur lagi, dan bingung harus apa. Setelah melihat sekeliling, sajadah dan mukena terlihat samar di tengah temaram lampu tidur kamar. Aku tahu, saat itu, Allah SWT memanggilku.

Awalnya, pertanyaan "mengapa" masih sering kuutarakan di sepanjang do'a, tapi semacam, "apa sih Han, mau sampai kapan nanya mengapa, kenapa, kok gini, harusnya gitu?". Dan kemudian, mindset-ku seketika berubah.

Jangan dipertanyakan lagi, karena justru apa yang di depan mata ini adalah jawaban dari semua pertanyaan selama ini. Semua sedang ditunjukkan, untuk membuka mata yang selama ini tertutup.

Entah hidayah atau apa, cahaya itu mulai terlihat, kabut yang selama ini menyelimuti mulai menipis, aku bisa melihat lagi jalanku. Rasanya malu banget udah banyak kepikiran ingin nyerah, padahal Allah SWT sudah menekankan bahkan ada di dua Ayat sekaligus dalam Surat Al-Insyirah 5 - 6 bahwa dibalik kesulitan itu ada kemudahan.


Ramadan Janganlah Pergi

Satu nikmat tak terkira karena di tahun ini masih bisa menjalankan Ibadah di Bulan Suci Ramadan. Nikmat yang sebelumnya tidak kurasakan sedalam ini. Semua perjalanan spiritualku di tahun ini terasa berbeda, tangisku pecah namun tangis penuh pengharapan dan do'a yang tak putus kupanjatkan. Betapa kecil aku ini sebagai umatNya. Banyak salahnya tapi masih disayang seperti ini. Semua kehilangan, kesakitan, yang sebelumnya kurasa sebagai hukuman, sekarang aku sadar bahwa itu adalah teguran sayang dan karena Allah rindu.

Kalau bisa, rasanya ingin peluk Ramadan, supaya gak lekas pergi. Dan kali ini do'aku semakin kencang, berharap Ramadan tahun depan masih dapat kunikmati, dan semoga saat itu mendapatkan undanganNya ke Baitullah. Amiiin Ya Rabb, mau banget.

Tapi, sambil memantaskan diri, aku pun terus bersyukur atas apa yang sedang kujalani saat ini. Gak mudah untuk mengutarakan ini semua, walau hanya secuil dari sekian Bab cerita kehidupan yang selebihnya aku masih simpan di kotak tertutup. Tapi semoga dapat jadi pengingat untukku kedepannya, saat aku mulai drop lagi akan ujian kehidupan. Karena hidup tidak akan selamanya sulit, karena akan selalu ada kemudahan dibaliknya.

Untuk semua keburukan dan kekuranganku sebagai Manusia, aku akan terus belajar memperbaiki diri. Karena sadar masih banyak aib yang selama ini Allah tutup dan lindungi, bukti bahwa aku tidaklah sempurna.

Astagfirullah.. Astagfirullah.. Astagfirullah.. sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat

***

Rasanya jadi ingin nulis "surat cinta" untuk diriku sendiri deh, next blogpost mungkin ya. Semoga kalian yang sudah mampir dan baca tulisanku ini dapat menyerap hal-hal baiknya, dan mengesampingkan hal jeleknya ya. Semoga kita semua senantiasa diberikan kemampuan dan kekuatan, supaya gak mudah kalah apalagi menyerah.

Untuk kalian yang saat ini sedang berada di titik terberat, peluk jauhku untuk kalian, ingat.. kita gak sendiri. Dan janji Allah itu pasti. Bertahanlah.

You Might Also Like

0 komentar

Terima kasih telah berkunjung dan berkomentar dengan baik TANPA link hidup di kolom komentar. Dan cukup pakai Url blog saja ya teman-teman di ID namanya.

Part Of Author

Part Of Author
Buku Antologi Pertama & Kedua

My Voice Over Here (BTS Dubbing)

Like us on Facebook

Subscribe