Saya walau tidak berstatus sebagai wanita karir yang setiap pagi hectic dengan dandanan dan bekal buat dimakan dijalan sambil menikmati kemacetan, dan duduk manis sepanjang jam kerja di depan komputer yang tersaji di meja kerja nan elegant namun acak-acakan penuh berkas kerjaan, saat ini justru mempunyai tingkat kesibukan dan “keriweuhan” yang lebih tinggi dari sebelumnya. Sebagai istri dan ibu, sebagai freelance writer, sebagai media sosial enthusiast, sebagai Blogger dengan jadwal liputan dari berbagai acara yang seringkali di wilayah-wilayah padat seperti Jakarta Pusat, tentu merasa waktu 24 jam 7 hari tidaklah cukup. Tapi, saya juga memutuskan untuk membagi waktu saya untuk “me time”, walau semenit saja. Beberapa hal yang saya lakukan disaat menikmati kesendirian adalah menikmati musik, membaca buku, menonton DVD, atau sekedar duduk dan mengompres mata dengan air dingin, kesemuanya selalu disempurnakan dengan segelas kopi yang bisa menenangkan psikis dengan aromanya yang sedap.

Kondisi yang sama dan terus berulang setiap hari kadang membawa saya ke titik jenuh, apapun terasa bosan termasuk semua hal yang saya sukai. Aktivitas yang disempurnakan dengan menikmati secangkir kopi dengan aroma yang menyebar di seluruh ruangan pun mendadak membosankan. Tidak ada yang salah kecuali satu, suasana.

Saya merindukan menikmati secangkir kopi di Cafe, semua orang pasti tahu sensasi ngafe dengan segala kelebihannya. Suasana yang mendukung terciptanya inspirasi, dengan rasa kopi yang berkualitas dan membuat addict untuk kembali di seruput. Tapi sayang, saat ini saya tidak memiliki banyak waktu untuk dapat pergi ke Cafe. Banyak pertimbangan yang membuat saya mengurungkan niat untuk “ngafe” dan lebih memilih untuk tetap dirumah dan menikmati secangkir kopi instan saja, selain lebih praktis, saya pun tidak perlu menghabiskan waktu di jalanan dengan sejuta kemacetannya demi secangkir kopi, hanya saja saya harus “pasrah” dengan citarasa kopi yang standar.

Saya pikir, kepasrahan itu akan berlangsung selamanya sampai tiba saatnya kehadiran pelopor multi beverage machine di Indonesia yaitu NESCAFE Dolce Gusto. Keinginan saya untuk memiliki mesin multifungsi ini sangatlah kuat, karena dapat memberikan saya menit-menit berkualitas di tengah kesibukan saya yang tiada akhir, di tengah tantangan untuk menjadi seorang Istri dan Ibu terbaik, di tengah impian saya yang tidak hanya satu dan kesemuanya sangat perlu saya perjuangkan dengan maksimal. Dalam kondisi sehectic itu, emotionally recharging sangat diperlukan.

NESCAFE Dolce Gusto pertama kali di luncurkan oleh Nestle di Swiss, Jerman dan Inggris pada tahun 2006, dan sekarang produk ini tersedia di 62 negara dan memposisikan diri sebagai the modern art of coffee yang artinya teknologi modern dalam sebuah karya seni (State of the art technology), creative art of living, dan a fresh and new art form. Woww!!

Semacam penasaran dengan arti dari “Dolce Gusto”, dan setelah di telusuri ternyata itu di ambil dari bahasa Italia yang berarti rasa manis serta nikmat dan berkepribadian baik, sehingga memberi makna bahwa mesin ini merupakan mesin pintar pembuat minuman berkualitas dan berkelas yang memiliki tiga tipe yaitu Circolo (dengan kapasitas air 1.3 liter), Genio 2 (dengan kapasitas air 1 liter), dan Mini Me (dengan kapasitas air 0.8 liter).

Rasanya tidak sabar ingin memiliki salah satunya, saya jatuh cinta dengan Genio 2 yang memiliki kapasitas air yang pas di meja kerja saya. Saya selalu membayangkan mesin itu ada disana supaya saya dengan mudah dapat membuat secangkir kopi (baik panas atau dingin) dengan kualitas yang akan membuat saya seperti sedang berada di Cafe. Saya akan memiliki menit yang berkualitas dengan bantuan mesin tersebut.

Keunggulan lainnya dari mesin ini adalah dapat membuat berbagai macam jenis minuman selain kopi seperti teh dan cokelat. Selain itu terdapat Eco Mode System yang membuat mesin hemat energi, dimana mesin secara otomatis akan mati bila dalam 5 menit tidak di gunakan, wah sangat aman ya ternyata, saya sebagai Ibu dari Putra yang baru berusia 14 bulan akan merasa tenang karenanya.

Yang bikin saya makin jatuh cinta lagi, untuk membuat secangkir minuman sekelas di Cafe kita memerlukan kapsul pintar yang saat ini terdapat 11 varian di Indonesia yaitu Cappuccino, Espresso Intenso, Grande Intenso, Mocha, Nestea Peach, Green Tea, MILO, Cafe au Lait, Lungo, Latte Macchiato, Chocochino dan Caramel Latte Macchiato. Terdapat bar khusus untuk setiap varian, bar yang menentukan tekanan untuk setiap jenis kopi yang akan menghasilkan rasa yang paling tepat karena terbuat dari 100% biji kopi terbaik di dunia.

Beruntung saya berkesempatan untuk mencicipi Lungo di acara ulang tahun NESCAFE Dolce Gusto di Senayan City beberapa waktu yang lalu. Disana saya lebih mengenal mesin ajaib ini, lebih memahami cara penggunaannya, lebih membuat saya jatuh dan jatuh hari kepadanya. #uhuks

Suasana Meriah dan Elegant, 2nd Anniversary NESCAFE Dolce Gusto.

Mesin ini benar-benar menawarkan menit yang berkualitas dengan cita rasa kelas dunia, dalam satu menit dapat menciptakan moment hangat dan nikmat, kualitas minuman ala Cafe dalam setiap cangkir yang dihasilkan, desain mesin yang stylish layaknya karya seni. Cukup stay at home atau di tempat dimanapun yang kita inginkan, kopi ala Cafe dapat kita nikmati dengan bantuan NESCAFE Dolce Gusto ini.

Oh iya, untuk yang penasaran dimana bisa membeli NESCAFE Dolce Gusto ini, dapat dibeli di Best Denki, Carrefour, Centro, Central Hero, Lotte Shopping Avenue, Jasons, Metro, Sogo, Seibu, Wedgwood & Homethecary, Parkson, Ranch Market dan Farmers Market. Atau yang ingin menghemat waktu dan tenaga, cukup kunjungi dan temukan di toko online Lazada dan Blibli.com

Memiliki NESCAFE Dolce Gusto di zaman penuh tantangan dan padatnya hari dengan segudang aktivitas, it’s a must!! Memiliki menit yang berkualitas adalah hak setiap individu termasuk saya, walaupun saat ini memiliki mesin ajaib ini masih berupa harapan dan impian, namun itu masuk ke wishlist yang suatu saat harus diwujudkan. ((Amin))


#MyQualityMinutes #NescafeDolceGusto

Oke!! Okeee!! Akhirnya ikutan juga nih nulis soal Kupu-Kupu ajaib ini. Sempet mengurungkan niat buat nulis karena akhir-akhir ini makin susah aja buat posting di Blog, huahaha. Ma’appp curcol di awal tulisan. Boleh di abaikan, haha

Jadi, nulis ini seriusan gak mikirin menang atau nggak nya, kalaupun gak ada lombanya bakal tetep curhat walau entah kapan tentang kehebatan salah satu produk Koepoe-Koepoe terutama dalam pembuatan Keripik yang sekarang jadi dagangan andalan saya dan suami.

Iya, kami saat ini sedang merintis usaha baru di bidang cemilan aneka rasa terutama rasa Kopi. Berawal dari kebiasaan kami “menggondol” berbagai cemilan di kampung halaman saya ketika kami mudik, akhirnya terbersit pikiran “kenapa nggak jualan aja?”. Bukan hanya taraf hidup kami yang ingin kami perbaiki, namun ada misi utama di balik ide di atas. Kami ingin juga membantu kondisi perekonomian warga kampung halaman Mama saya yang sebagian sangat minim, padahal mereka harus menghidupi anak-anak yang sebegitu banyaknya, sedangkan kehidupan mereka tergantung dari pendapatan mereka hasil dari mengolah kebon. Itu PUN bukan kebon mereka sendiri, melainkan kebon orang yang mereka kelola. Kebayang kan berapa rupiah yang mereka dapatkan? Saya tahu banget karena sering denger kisah-kisah mengharukan yang bikin saya tergerak hatinya pengen nolong.

Pleeease jangan mikir dulu kalau saya “Sok suci” atau “sok kaya”, itu dua hal yang sangat saya dan suami hindari. Kami sadar diri kalau diri kami rentan dosa dan tidaklah banyak uang. Karena itu pula lah kami bikin usaha ini, untuk nambah penghasilan. Tapi kami berharap tidak hanya kami yang membaik perekonomiannya melainkan orang-orang disekitar kami. Memang, belum banyak yang dapat kami lakukan, tapi daripada semua hanya wacana, daripada hanya ide yang gak jadi-jadi dan hanya di simpen di kepala, kami memutuskan untuk merealisasikan secara perlahan dengan cara yang sederhana yang kami mampu saat ini. *ini kenapa jadi kemana-mana ya curhatnya? Masalah dosa lah dibawa-bawa, ck ck ck* #LOL

Kembali ke Dagangan, eh ke Keripik.

Saya langsung cari-cari resep terbaik untuk keripik yang akan saya buat. Dari kesemua resep yang saya temukan, sebenarnya hampir sama, yang berbeda hanya takarannya. Tapi sepertinya ada yang kurang, "kok tidak ada baking powder ya di resep itu, atau kebetulan aja saya nemunya resep yang non baking powder?".

Kemampuan saya di bidang memasak sangatlah minim, sampai saat ini saya baru mencoba masak beberapa menu yang jadi andalan di rumah. Saya belajar masak setelah nikah, dulu bahkan sempet masak karena terpaksa, tapi eh kok seru juga ya. Walau akhirnya jadi trial and error karena semua bumbu-bumbu itu masih asing buat saya. Tapi percayalah, saya bersedia mengerahkan seumur hidup saya untuk dapat lebih mengenal mereka, haha. Yess, I do!! "Bumbu-bumbu dapur, kenalah yuuuk".

Pertama bikin kue pun setelah saya hamil, sepertinya pengaruh hormon tiba-tiba saya pengen makan kue yang saya bikin sendiri. Tidak mau repot banget, saya pun beli yang instan-instan aja, tinggal masukan ke Mixer tanpa perlu lagi berjibaku dengan takaran dari bahan-bahannya. But at least, dari sanalah saya berkenalan dengan baking powder. Walau jarang bikin kue sendiri, tapi saya jadi tau bahwa fungsi dari Baking Powder ini sangatlah penting. Fungsinya apa, dan kenapa saya memilih menggunakan baking powder ketimbang soda kue? Nanti saya jelaskan di akhir, tolong di ingatkan ya Buibuuuuuu..!!

Ketika pertama kali saya membuat keripik yang nama brand nya terinspirasi dari nama Alm.Kakek saya, gak lupa baca do’a dulu supaya dilancarin. Berdo’a kenceng-kenceng berharap ini akan menjadi usaha pembuka jalan rezeki bagi keluarga saya dan banyak orang. Saya ingat waktu itu berdua saja dengan saudara saya yang saya percayakan untuk membuat adonannya tapi sesuai instruksi dari saya (takaran bahan-bahannya). Kami membuat keripik tiga rasa, yang dua asin tapi satu lagi manis (keripik kopi). Tiba-tiba saudara saya bilang, “ragu-ragu nih ngadon yang buat keripik kopi, soalnya terakhir bikin keripik manis gagal, bantet dan gak ngembang di penggorengan”. Waduh, saya pun ikutan ragu, tapi sisa optimis di dada masih ngasih keyakinan kalau di adonan yang pertama akan langsung berhasil (tanpa gagal), walaupuuun itu masih dalam rangka trial and error ya sodara-sodaraaa. Tidak lupa minta restu suami dulu sebelum mulai, sungkem kalau perlu. Itu PENTING.

Di tengah-tengah pengadonan, kami (Saya dan saudara sepupu) ngobrol tentang komposisi bahan-bahan, saya nanya kira-kira apa yang bikin adonannya gagal waktu dulu dia bikin? Ternyata setelah di usut, saya gak denger saudara saya masukin baking powder ke adonannya. Aha!! Mungkin itu!!. Mungkin itulah alasannya, karena menurut saya yang awam pun, baking powder sangat dianjurkan penggunaanya dalam pembuatan kue. Biasanya pada pakai soda kue ya, tapi saya lebih yakin akan bantuan baking powder untuk keripik saya ini. Alasannya apa sih Han? Nanti yaaa pasti diceritain, sabbaaar biar subbuuuur. *ehh*

Waktu saudara saya membuat keripik manis tanpa baking powder, hasilnya melempem, pada saat di penggorengan pun si keripik mentah nggak keliatan mengambang dan tetap di dasar wajan. Sampai berubah warna menjadi coklat pun keripiknya tetap saja di bawah. Failed. Tapiii, pada saat kami membuat keripik dengan menggunakan baking powder, yang ditakutkan itu tidak terjadi. Selain mentega yang harus benar takarannya, baking powder pun harus di takar secara tepat, hasilnya sangat “kriuk-kriuk”, so crunchy!! Sesuai harapan.

Untuk satu kilo terigu, saya menggunakan baking powder sekitar setengah sendok teh saja. Hasilnya si keripik mengembang dengan keceriaan yang terpampang nyata di wajan. Untuk Jelajah rasa memang tidak cukup waktu sejam dua jam, sampai empat jam pun saya masih otak atik resep terutama untuk keripik rasa kopi. Tapi setidaknya baking powder telah menyelamatkan kami dari ketakutan keripiknya akan melempem.

Keripiknya akhirnya jadiiii, ketiga rasa yang kami bikin semuanya berhasil dipasarkan dan mendapat respon positif. Senang tiada tara, karena kami sempat berpikir akan berhasil di percobaan yang kesekian tapi ternyata di adonan pertama sudah mendapatkan hasil yang memuaskan. Thank you baking powder!!

Saya sangat mengidolakan satu merek untuk bumbu-bumbu masakan, yaitu “KOEPOE-KOEPOE”. Merek pertama yang saya temukan di Supermarket, dan gak pengen ganti dengan merek lain. Dirumah saya mempunyai beberapa jenis bumbu serbuk Koepoe-Koepoe dan bahan untuk kue seperti Soda Kue dan Baking Powder. Namun selain itu, saya pun mempunyai dua botol pewarna makanan yang saya gunakan untuk membuatkan anak saya Alfath Play Dough yang aman untuk dia mainkan.

Bahan-Bahan Play Dough nya Alfath pun pakai KOEPOE-KOEPOE

Untuk Play Dough bisa dibuat dengan cepat dan mudah, bahan-bahan sederhana yang biasanya selalu tersedia seperti terigu, tapioka, air hangat dan pewarna makanan. Di usianya Alfath yang saat itu hampir satu tahun, saya sengaja memilih dua warna yang penting untuk motorik halusnya, warna merah cabe dan hijau. Untuk membuatnya, cukup mencampur semua bahan, di adon sampai kalis dan siap dimainkan Alfath, bisa di bentuk macam-macam sesuka hatinya, wuaaaa senangnya melihat Alfath berkreasi.

Ternyata, banyak hal di dapur yang dapat memunculkan ide-ide kreatif untuk permainan anak yang sarat akan ilmu.

Mengapa Baking powder dan bukan Soda kue?

Oke deh, saya kasih tau alasan kenapa saya cenderung memilih baking powder untuk pembuatan keripik ketimbang soda kue. Hemmm, alasannya karenaaa.. feeling saya yang bilang kalau baking powder akan membuat hasilnya lebih baik, haha.

Keripik itu mungkin bisa di kategorikan ke dalam “kue kering” kan ya, biasanya yang bikin kue kering pada pake soda kue untuk pengembang. Tapi ternyata soda kue itu sendiri bisa di gantikan dengan baking powder. Jadi gini, soda kue itu adalah komponen

Baking powder, dan dia mengandung sodium bicarbonat yang mempunyai sifat CO2 (mengeluarkan gas), thats why si kue mengembang. Nah kalau bikin-bikin kue, soda kue dan baking powder ini bisa digunakan bersamaan. Tapi khusus kue kering, biasanya pada pakai soda kue (baking soda) doang, katanya sih bisa bikin teksturnya garing dan jadinya renyah.

Baking powder pun kurang lebih sama fungsinya dengan baking soda, untuk bahan pengembang, dia terdiri dari campuran sodium alumunium fosfat, monocalcium dan sodium bicarbonat. Lalu kenapa pada saat pengadonan harus memakai air panas? Karena kandungan-kandungan baking powder tadi apabila bercampur dengan air panas akan membentuk karbondioksida yang akan membuat adonan mengembang.

Duh ini kok jadi saya kayak lagi ngajarin Ibu-Ibu masak ya, padahal kemampuan masak saya pun nol besar. Punten yaaa.. harap dimaklumi, hihi. Ini Cuma curhatan rasa emak-emak yang lagibelajar masak dan belajar dagang saja. Mohon kritik saran di kolom komentar ya, dan semua yang dituliskan disini adalah nyata, saya pun menuliskan ini tanpa paksaan dari pihak siapapun apalagi di sponsori. *Sebenernya ngarep banget sih ada yang nyeponsorin* haha

Baiklah, #curhatanRasa dari saya dicukupkan sekian, Happy cooking with Koepoe-Koepoe yaaa, karena kita semua bisa dan mampu menjadi “malaikat” tanpa sayap bagi keluarga tercinta di dapur masing-masing. Yeayyy!!

Menjadi seorang Ibu dari seorang “pemuda cilik” usia satu tahun sangatlah menyenangkan dan penuh akan tantangan. Setiap detik merupakan “emas” dan harus selalu dilewati dengan perhatian KHUSUS. Iya, benar-benar khusus sampai kadang-kadang saya merasa tidak memiliki waktu untuk hal lainnya, semua detik berlalu sangat cepat dan kejar-kejaran. Waktu saya tercurah untuk bocah cilik bernama Alfath.

Alfath di usianya sekarang sudah dapat saya “ini itu”kan, bisa di dandani sedemikian rupa “suka-suka” saya, haha. Duh, kayaknya ini “penyakit” sebagian besar Ibu-Ibu muda zaman sekarang ya, pengen banget anaknya terlihat stylist dengan out fit yang kekinian. Well, jujur saya adalah salah satunya. Hihihi

 From top to toe yang nempel di badan Alfath, masih menjadi “hak” saya untuk memadu madankannya. Alfath dengan kulitnya yang putih, bening, dan masih mulus khas bayi sebenarnya tidak susah mencari apa yang pas dan match untuk dia pakai. Apalagi saat ini sudah banyak toko (offline maupun online) yang memasarkan baju-baju dan celana khusus bayi dengan keunikannya masing-masing. Waah, baju-baju mungil itu mirip banget dengan baju orang dewasa, jadi kayak miniaturnya kalau dipikir-pikir. Munyil-munyiiiil.

Oh ya, I (almost) had no time untuk pergi-pergi ke Mall walaupun itu weekend. Dirumah kami yang tanpa asisten, saya kelabakan mengurus A sampai Z nya saat suami saya bekerja. Dan kami seringkali memanfaatkan waktu weekend untuk mencari tempat makan yang tempatnya tidak terlalu jauh dari rumah atau mengunjungi neneknya Alfath untuk silaturahmi dan temu kangen. Sebisa mungkin kami menghindari kemacetan atau keramaian yang hanya akan menghabiskan quality time kami di jalanan.

Jadi kapan dong waktu buat nyari baju lucu-lucunya Alfath? Ada!! Semua itu bisa dilakukan saat malam hari disaat semua orang sudah tidur atau pada saat saya breastfeeding Alfath. Lho, kok? Iya, kan saya window shopppingnya nggak di Mall atau toko-toko bayi di pojok jalan itu, tapiiiii saya cukup melakukan semua dengan membuka gadget yang kuota internetnya cukup untuk saya ngubek-ngubek toko online kapanpun saya bisa. Ahaaa!! Saat ini apa sih yang nggak bisa di temuin di Dunia Maya? Apa aja ada, rite?

Saat Ibu-Ibu lain berbondong-bondong window shopping di Instagram, saya kembali ikut-ikutan. Bagaimana tidak, Instagram saat ini menjadi “Surga”nya barang-barang lucu dan keren, apa aja ada disana, toko online bertebaran kayak hujan salju. Semua memanjakan mata saya yang emang lagi stereo nyari yang lucu untuk dipakai Alfath. Tapi kok hashtag nya bikin ribet ya, udah gitu kadang-kadang malah bikin nyasar ke akun yang sama sekali gak pengen dikunjungi apalagi buat di follow, banyak tipu-tipu yang bikin ogah buat wara wiri disana. Pokoknya saya bukan “penganut” tukang belanja dengan hashtag deh intinya. Saya lebih suka membuka website toko onlinenya langsung atau fan page nya saja. Sekalian saya cek ricek toko online milik saya sendiri :D *ketahuan deh kalau jualan juga*

Tapi kehadiran Shopious.com adalah solusi pintar untuk keribetan di atas, tanpa perlu pusing dengan hashtag dan takut nyasar ke akun “gak penting”, kita dibantu untuk menemukan barang apa aja yang kita perlukan. Kualitas pun terjamin karena Shopious menjamin semua Seller yang ada disana sangat terpercaya.

Kita juga dibantu dengan susunan kategori produknya yang sangat rapi, mempermudah pencarian dong pastinya, dan yang paling penting bagi saya adalah bisa hemat waktu dan tenaga. Jadi waktu saya untuk Alfath tidak banyak yang di ganggu gugat oleh hal lain.

And Thank to Shopious, saya bisa menemukan apa yang pengen banget saya beli untuk Alfath tapi susaaaah banget nemu, Tshirt V-Neck buat anak. Yeayyy, nemu juga di Shopious, Army look pula!! Ah senangnyaaa, Alfath-ku bakal tambah cakep pake itu.

Mulai sekarang, kalau perlu apa aja, tinggal mampir ke Shopious aja. Waktu nyari tshirt Alfath, gak sengaja klik kategori Aksesoris yang bikin betah berlama-lama di page itu, berhubung saya pecinta aksesoris dan jualan aksesoris juga, jadi kayaknya boleh tuh nyari-nyari koleksi baru untuk tambahan dagangan, harga-harganya oke banget sih di Shopious. Recommended!!

So, udah gak ada alasan ribet-ribet sama hashtag, gak perlu abisin waktu di Mall atau toko anak. Sebelum ke tempat lain, cari di Shopious.com dulu ajaaaaaaa..