Aku yakin, tidak ada satupun yang ingin kehidupannya
“diganggu” penyakit apapun, semua orang pasti berharap terlahir sehat dan
tidak kekurangan suatu apapun, begitupun denganku yang lahir dalam keadaan sehat dan
sempurna, tapi kemudian waktu yang terus berjalan memberiku kesempatan untuk
“bersahabat” dengan berbagai rasa sakit.
Dua laki-laki ini alasanku untuk terus berjuang |
Di keluarga, aku memang dikenal sebagai anak yang “ririwit”
atau sakit-sakitan, sepertinya imunku minim banget, sampai pernah jalan-jalan keluar rumah
tanpa jaket sekali aja pun bisa bikin bersin-bersin dan kemudian flu. Duluuu
banget sempet nyalahin Mama karena ngga bawa anak perempuannya ini buat di
Imunisasi lengkap, katanya sih aku cuma sempet imunisasi dua kali, selebihnya
ngga pernah karena kasian setiap abis imunisasi nangis terus pake demam. Tapi
toh bukan itu kok alasan kenapa aku sakit-sakitan. Jadi bukan salah Mama.. *Love you, Mom
Kondisiku memang berbeda diantara teman-teman yang lain,
mereka jauh lebih kuat, lebih tangguh, lebih siap menghadapi masa depan yang
cerah sesuai impian mereka. Tapi walaupun aku rentan dan ringkih, bukan berarti aku ngga punya mimpiku sendiri, aku pun membangun banyak mimpi dan ku peluk dengan tekad bisa ku wujudkan.
Pernah bikin puisi dengan tema “persona non grata”, isinya
ngga jauh dari kondisi dimana aku ngerasa ngga dianggap oleh orang-orang,
badanku memang kecil, tapi bukankah aku punya hak untuk tidak dikecilkan?
Dulu sering nangis sendirian dikamar, cuma buat nanya ke
Tuhan, “kenapa aku sakit-sakitan? Kenapa aku ngga sesehat orang lain?”, dan pertanyaan (yang terkesan) lebay lainnya. Sering nulis
di diary tentang semua rasa gundah, gelisah, dan baru nyadar kalau semua diary
itu jadi bacaan wajib Mama saat ini. Padahal dulu nulis disana karena ngga mau
cerita ke Mama, ngga mau Mama khawatir tentang apa yang dirasakan Putri
satu-satunya ini.
Tapi dalam kondisi hopeless sekalipun, semangat itu ternyata
tidak pernah mati, selalu ada titik dimana aku ngerasa tidak selemah seperti
yang kubayangkan, ada “malaikat” dalam diri yang bisa mengalahkan “iblis jahat”
yang seneng banget ngajak adu argument dan ujung-ujungnya perang bathin. Tapi Malaikat selalu menang, harus menang dong..!! *optimis
Aku bertekad hijrah ke Ibukota untuk cari jawaban selama
ini, sebenernya aku sakit apa? Dan apa obatnya?. Aku pasti bisa “taklukan”
Ibukota dengan kemampuan sendiri dan menghasilkan sesuatu yang bisa bantu aku nemuin
jawaban itu. Alhamdulillah, semua tercapai.
Aku sehat sekarang? Fisicly, not yet. Tetapi secara mental,
aku merasa lebih siap untuk hadapi apapun yang ada di depan, siap berjuang
walau harus tertatih, karena sekarang aku punya alasan untuk itu, alasan untuk
menjadi kuat, dan alasan itu adalah suami dan putraku. Iya, aku harus mampu
berdamai dengan situasi dan kondisi apapun, harus mampu berdamai dengan apa
yang selama ini berkecamuk di dalam diri, harus mampu menjadi hebat untuk bisa
menghebatkan dua lelaki terbaikku.
Merupakan bagian indah ketika Tuhan memberikanku suami yang mempunyai sifat kebalikan dari sifatku, yang punya kesabaran melebihi batas kesabaran manusia yang aku tahu sebelumnya, walaupun dia memang tidak sempurna, tapi jauh lebih dari cukup untukku ketika dia bisa menuntunku untuk mengembalikan semua ujian dan rasa sakit kepada yang menciptakannya, kepadaNya. Nrimo, Ikhlas, sambil terus Ikhtiar.
Lega rasanya mempunyai partner berbagi yang selalu "menggandeng tangan" disaat susah, semua hal berat terasa lebih mudah untuk dilewati. Bersamanya, aku merasa sangat dicintai. Dan itu semua karena cinta dari Sang Khalik untukku yang teramat besar, karena itu pula lah aku harus mencintai diri sendiri dan meyakini bahwa setiap orang adalah spesial, terlepas dari kelemahan dan kekurangan yang dimiliki.
Merupakan bagian indah ketika Tuhan memberikanku suami yang mempunyai sifat kebalikan dari sifatku, yang punya kesabaran melebihi batas kesabaran manusia yang aku tahu sebelumnya, walaupun dia memang tidak sempurna, tapi jauh lebih dari cukup untukku ketika dia bisa menuntunku untuk mengembalikan semua ujian dan rasa sakit kepada yang menciptakannya, kepadaNya. Nrimo, Ikhlas, sambil terus Ikhtiar.
Lega rasanya mempunyai partner berbagi yang selalu "menggandeng tangan" disaat susah, semua hal berat terasa lebih mudah untuk dilewati. Bersamanya, aku merasa sangat dicintai. Dan itu semua karena cinta dari Sang Khalik untukku yang teramat besar, karena itu pula lah aku harus mencintai diri sendiri dan meyakini bahwa setiap orang adalah spesial, terlepas dari kelemahan dan kekurangan yang dimiliki.
Aku yakin, Tuhan mempunyai alasan indah disaat semua sakit
itu dititipkan kepadaku, Tuhan punya rencana terbaik memberiku rezeki sakit
ini, seperti do’aku dalam setiap sujudku selama ini, semoga setiap sakit
menjadi peluruh semua dosa-dosaku. Amin.
Dalam situasi apapun, dalam kondisi bagaimanapun, tidak ada
alasan untuk menyerah. Terima, dan syukuri. No matter what, no matter how, the
show must go on.