Media Sosial Sebagai Kantor Virtual, Gajinya Melebihi UMR

Friday, January 12, 2018

Hi Halloooo..

Pernah ngga kalian berniat untuk berhenti main medsos? Kenapa?

Well, saya rasa pasti banyak yang menjawab "iya", dengan berbagai alasan yang mungkiiin beberapa diantaranya saya rasakan juga. Tapi, pasti juga ada yang jawab "gak kepikiran buat stop main medsos", dengan alasan yang bisa jadi merupakan alasan saya selama ini mengapa masih berat berhenti untuk bermedsos ria. 

Main medsos itu memang addict alias bisa bikin nyandu. Kalau sehari gak buka medsos, bisa "sakau" tsaaaay. Apalagi kalau kelewatan info terbaru dari Lamtur, duuuh merasa diri paling ketinggalan zaman ngga sih? Hahaha. Oh nope! Itu sih lebay bingiiiit.

Hemmmm..

Jadi gini, saya tergelitik nulis postingan ini karena baca postingan salah satu teman Blogger yang intinya ingin stop Instagraman. Trus semacam ada pertanyaan, "kalian siap gak stop IG-an?".

Huhu, rasa hati ingin bilang "siaaap, mauuu". Tapi apa daya mulut tertutup dan otak berputar, "apa kubisa hidup tanpa IG atau medsos lainnya?".

Tapi, inti tulisan ini bukan untuk mendebat postingan atau tulisan teman Blogger saya itu. Melainkan untuk meneruskan niat saya yang tertunda yang ingin cerita apa arti media sosial di keseharian saya.

Tujuan Bermedia Sosial
Sebenarnya simple ya, bisa dibalikin ke masing-masing orangnya, "apa tujuan selama ini saat bermedia sosial?", apa hanya dipakai untuk main-main saja, sebagai ajang hiburan, ataaau untuk mencari penghasilan tambahan (atau bahkan utama)?.

Seperti kebanyakan Profesional Blogger dan Social Media Enthusiast lainnya (haseeek), beberapa akun medsos saya pun dimonetize, alias diperuntukan untuk mencari rupiah dan bahkan dollar. Jadi, semua akun medsos yang masih aktif sekarang, bisa dibilang adalah Kantor Virtual saya yang dapat dikelola dimanapun selama gadget dan jaringan internetnya mumpuni.

Fungsinya ya semacam Kantor di dunia nyata, tempat mengolah kerjaan untuk kemudian mendapatkan hasil dari itu berupa uang. Bahkan gak hanya uang lho ternyata yang dihasilkan, tapi bisa juga berupa voucher, undangan ke acara-acara yang luar biasa, dan kesempatan-kesempatan hebat lainnya.

Jadi, di medsos lah saya mendapatkan harapan dan peluang untuk tetap produktif walaupun (misal) saya harus stop kerja di Kantor saya sekarang ini. Bukannya saya gak mau jadi IRT sepenuhnya, tapi memang saya termasuk yang gak bisa hanya sekedar melakukan pekerjaan rumah, saya masih ingin menjalani apa yang menjadi passion saya sebagai bentuk aktualisasi diri yang syukur-syukur bisa menghasilkan, tapi kalau tidak pun, saya sudah senang karena passion biasanya dilakukan dengan cinta. Dan itu "mahal".

Contoh bukti serius saya memonetisasi akun-akun media sosial saya adalah sebagai berikut, Gengs.

Facebook
Selain akun Facebook pribadi, saya sengaja membuat Fanpage-nya, fungsinya antara lain supaya bisa share link postingan terbaru atau reshare postingan lama tanpa harus "nyampah" terlalu banyak di akun FB yang untuk pribadi. Selain itu, di fanpage juga bisa promote postingan manapun yang kita mau. PR-nya adalah harus terus ikhtiar untuk tambah likers supaya jangkauan pembaca makin luas.

Instagram
Instagram sudah dialihkan menjadi Business Account, fungsinya supaya lebih PD saat bekerjasama dengan para Klien. Ceritanya kan ingin lebih Profesional dari waktu ke waktu, nah ini adalah salah satu cara saya untuk itu.

Business account pada IG bisa memudahkan kita juga saat harus kirim report di akhir kerjasama. Lengkap dengan jumlah engagement segala macam yang bisa kita tahu hasilnya dengan sekali klik saja. Ada beberapa fitur yang disediakan di business account yang tidak ada di personal account.

Selain itu, sama dengan fanpage, di business account IG kita juga bisa promote foto yang membutuhkan engagement lebih besar.

Dan FYI, saya punya beberapa akun IG yang saya manage sendiri. Diantaranya akun @kacamata_hani (business account), akun @hani_happytummy (khusus kuliner, bukan akun bisnis sih tapi Alhamdulillah ada aja job disana), akun @jepretan_hani (kebetulan sedang mengasah kemampuan di bidang foto, jadi saya bikin akun khusus untuk Compile hasil jepretan yang nilai seninya lumayan menurut saya, haha). Selain itu ada akun khusus anak saya yang gak terlalu saya promoin karena beberapa alasan tertentu, itu semacam jurnal aja sih buat anak saya yang bisa dia lihat di kemudian hari.

Saat ini saya sedang belajar merapikan feed di semua akun IG nih Gengs supaya semakin terlihat enak di mata. Ujung-ujungnya ini bertujuan juga terhadap kepuasan Klien yang bekerjasama dengan saya.

PR-nya harus terus meningkatkan jumlah Followers dan Engagement. Saat ini masih agak gampang-gampang susah berhubung saya mempunyai kesibukan yang sifatnya Office Hour dan itu membatasi waktu saya untuk mengelola IG dan medsos lainnya dengan lebih serius.

Slow but sure aja sih. No Probs.

Twitter
Akun Twitter @kacamata_hani yang saat ini makin kece karena jumlah karakter untuk kita sharing disana jadi lebih banyak. Yeayy, bisa nyetatus panjang lebar dong di Twitter, gak cuma 140 karakter.

Untuk Twitter pun sebisa mungkin saya terus tingkatkan jumlah Followersnya dengan semakin banyak berinteraksi dan nyetatus agak sering. At least, gak cuma dipake buat live tweet doang. Harus tetap ada yang dishare tentang keseharian atau konten yang sebisa mungkin bermutu dan bermanfaat. Ya sesekali nyampah sih gapapa juga menurut saya. Bagi saya personal branding memang penting, tapi gak serta merta bikin kita jadi kehilangan jati diri.

Youtube
Naaah khusus Youtube memang agak spesial nih. Gara-gara saya "ntar lagi - ntar lagi" terus, akhirnya terlambat memonetisasi channel youtube saya, hingga keluarlah peraturan baru yang mengharuskan jumlah viewers kita minimal 10.000 padahal sebelumnya ngga harus. CMIIW

Intinya ada 4-5 poin yang harus dipenuhi saat kita ingin memonetisasi akun Youtube kita.

PR-nya tentu aja dengan upload video sebanyak mungkin. Saya juga rapiin dengan membuat playlist (atas saran Aa Chongky terganteng seradio Envy, LOL). Eh beneran lho, jadi rapi dan bisa disesuaikan dengan konten videonya.

Di channel Youtube.com/kacamatahani saya bagi menjadi beberapa Playlist yang diantaranya adalah "Kacamata Hani", "Vlog Kacamata Hani", "Dubbing Story", "Cerita Alfath", dll. Harapannya tentu saja supaya engagement meningkat sampai akhirnya dapat dimonetisasi.

Yang paling nguras tenaga, pikiran dan emosi skill sih playlist "Vlog Kacamata Hani", karena video yang saya simpan di Playlist satu itu adalah video yang biasanya proses shootingnya lama (halahh, syutiiiing berasa Seleb. Ngok!). Udah gitu harus "dijahit" deh tuh footage demi footage dengan baik dan benar, cut to cut harus rapi, belum lagi tambah berbagai macam efek, backsound, dll.

So exhausted, actually. Tapi nyenengin sih, suka gak sabar dengan hasil yang saya bikin sendiri. Seancur apapun, tak apaaahh yang penting terus belajar tingkatkan kualitas. Yang paling penting adalah, lakukan semuanya dengan hati yang senang. Kalau lagi BT mending stop dulu, istirahat dulu, fokus di dunia nyata dulu, karena kalau dipaksakan biasanya kualitasnya akan berbeda.

Hemmmm.. Apalagi ya? G+? Path? 

Akun G+ saya pun mulai diberdayakan sebaik mungkin, walau belum konsisten berhubung manajemen waktu yang masih acak-acakan. Disana saya bisa share postingan, gabung ke Komunitas-Komunitas keren juga disana. Lumayan kan untuk nambah jejaring.

Banyak lho ternyata Komunitas keren yang aktifnya di G+, huhu telat tahu saya, but better late than never kan yaaaa?. Banyak manfaat di G+ yang bisa membantu pekerjaan kita di dunia Digital ini. Ayo, manfaatkan!

Jadiiiii....

Dengan semua kegiatan saya di media sosial, rasanya gak mungkin untuk saat ini saya berhenti bermedsos ria. Tidaaaak, akun-akun diatas adalah hasil jerih payah saya selama beberapa tahun ini, yang memberikan saya income yang bukan hanya tambahan lagi, bahkan bisa menjadi pemasukan inti di hidup saya.

Ssssst... ngomong-ngomong soal berapa pendapatan dari pekerjaan sebagai Blogger dengan Medsosnya, kalau benar-benar diseriusin bisa melebihi UMR lho ternyata. Walaupun mungkin fluktuatif ya alias setiap bulannya gak tetap, bisa jadi income bulan ini lebih sedikit dari bulan sebelumnya, atau sebaliknya.

Jujur saya sedang berjalan ke tahap yang lebih serius, karena gak selamanya saya akan bekerja di Kantor orang, akan tiba saatnya saya membuat Kantor saya sendiri di rumah. Amiiiiin.

Namanya juga cita-cita, Amin-in aja dulu, bukankah pekerjaan terbaik itu adalah hobi yang dibayar? *uhuks batuk*

Adakah yang bercita-cita yang sama dengan saya? Toss!!

Akun-akun medsos diataslah yang membantu saya dalam proses akselerasi hidup keluarga kecil saya. Mereka adalah lumbung padi saya yang bantu dapur saya masih tetap ngebul hingga saat ini.

"Oke cukup lebaynya, Han!"

Nope Gengs, itu semua benar adanya. Seperti yang saya tulis diatas, Media Sosial sebagai penunjang pekerjaan saya sebagai Blogger, merupakan "Kantor Virtual" bagi saya. Jadi, masih akan saya kelola, rawat, dan pegang erat-erat kayak balon yang tinggal empat. 

Eh kecualiii, Path. Path itu medsos juga kan ya? Iya bukan sih? Haha. Saya cuma bertahan pakai Path beberapa bulan aja. Sempet yang "apasih?" tentang Path ini karena saya bingung fungsinya apa aja. Tapi banyak yang ngasih tahu kalau di Path itu asik lho, seru lho, lebih private lho, bla bla bla lhooo.

Tapi ujung-ujungnya, saya pakai buat share postingan juga. Dan ternyata Path bisa dikoneksikan dengan FB atau Twitter, jadi saya pikir, "letak private-nya dimanaaaa? Sama aja". LOL

Masalahnya saya juga jarang sih bikin status yang diperuntukkan kalangan tertentu. Misal sengaja bikin status cuma biar bisa dibaca si A, B, dan C, sementara si D hingga Z gak boleh baca karena sesuatu hal. Kalaupun emang mau gitu, bisa di akun-akun diatas juga kan ya.

Dan yang menbuat saya mantap "cabut" dari Path adalah karena, Path gak bisa dimonetize, haha. Dulu mikirnya, "udahan aja ah main Path-nya, buat apa? Cuma chat di komen-komen temen trus udah. Seru-seruan di status sendiri trus udah. Sharing kehidupan pribadi trus udah. Intinya, saya merasa gak ada yang bisa menghasilkan uang disana. Sementara, kalau cuma buat kayak gitu-gitu doang, kok saya malas.

But don't get me wrong please, bukan karena gak mau haha hihi sama temen, bukan juga karena saya money oriented, atau gak mau tahu kehidupan temen yang ada di Path. Masalahnya kan udah temenan juga dengan sebagian besar mereka, entah di FB, IG, WA, dan BBM (PIN saya masih aktif lho, seriously). Jadi yaudah kan bisa interaksi disana gak harus di Path.

Selain karena kebanyakan aplikasi bisa bikin berat Memory, saya juga meminimalisir harus buka semua aplikasi setiap harinya. Karena waktu yang terbatas, jadilah dibikin skala prioritas.

Sorry to say goodbye to you, Path, but I Love you. Kiss kiss.

Blogger, Buzzer, Selebgram, atau apalah itu namanya, bisa disebut sebagai Content Creator atau Content Creative. Jadi pekerjaannya ya membuat konten semenarik mungkin. Kalau dibilang gampang sih ngga juga ya sebenarnya, banyak yang harus dipelajari juga layaknya orang Kantoran bekerja. Harus analisa pasar, tingkatkan terus pembendaharaan kata untuk menyusun kalimat yang tepat, tentukan segmen pribadi kita seperti apa, dan yang lainnya. Kuncinya adalah belajar dan belajar terus dari ahlinya, karena ternyata ilmu saya pun masihlah cetek. So, sharing is caring itu bener banget.

Naaah Gengs, mungkin dicukupkan sekian dulu ocehan saya tentang dunia Media Sosial kali ini. Kalau bisa dimanfaatkan untuk menghasilkan secara materi, kenapa harus dipakai cuma buat ngintipin lamtur (if you know what I mean) doang? kan lebih enak kalau bisa dapat dua-duanya, hahaha.

Paling, karena di rumah punya kewajiban sebagai Istri dan Ibu, manajemen waktunya kali ya harus bisa pinter-pinter banget. Karena medsos ini seperti yang kita tahu, bisa bikin kita kebablasan waktu dan lupa dengan dunia nyata kalau kitanya gak punya "rem" khusus. Namanya juga "virtual office", jam kerjanya gak tentu.

Supaya tetap balance antara dunia maya dan nyata, antara kewajiban dan ikhtiar mencari rezeki kan yaa. Biasanya sih saya manfaatin waktu di sela-sela jam kerja untuk cek medsos dan email. Kalau di rumah, lebih tentatif tergantung sikonnya, yang pasti saat anak gak lagi gelendotan atau minta ditemenin main dan belajar bareng.

Owkaay, berhubung sebentar lagi saya sudah mau sampai Stasiun Tanah Abang, so saya harus siap-siap buat turun jangan sampai kebablasan lagi ke Stasiun Duri. Hiksss.

Jadi ini ngetik di kereta Gengs, hahahaha.

See you around and mmuach!

Referensi Pic : Freepic

You Might Also Like

28 komentar

  1. "Stop bermedia sosial? Yes or no?"
    Wooooo tidddaaa bisssaaaa....

    Sosmedku cuma ada sebiji aja. Sebiji twitter, sebiji facebook, sebiji snapchat, sebiji, g+, dan sebiji lainnya... haha Sosmed cukup membantu sih. Kayak ada twitter dokter2. Kalo sakit, tinggal ngetwit.. haha yg sakit ringan2 sih biasanya dikasih tips2.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sebiji + sebiji + sebiji = banyak biji ya jadinya, haha.

      Setuju, so far Socmed itu banyak membantu dalam beberapa hal. Memang dikembakikan lagi ke masing2 bagaimana memanfaatkannya.

      Delete
  2. Sosial media juga tergantung bagaimana kita menggunakannya mba. Alhamdulillah ya kalau bisa digunakan dan malah menghasilkan. Btw, aku nggak punya path :p

    ReplyDelete
  3. BAnyak hal positif yang bisa dipetik dari medsos, bonus menghasilkan rupiah mah cakep

    ReplyDelete
  4. Aku pengen punya jadwal ngemedsos, jadi ada waktunya gitu, mudah2an 2018 ini bisaaaa.

    ReplyDelete
  5. Ingin berhenti tp apa daya bisa dapet jajan cilor dari sosial media.. hihihi paling dimaksimalkan aja, gak jadi bikin lupa main sama anak..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Waaah, kalau Mba Uchy malah sayang kalau berhenti, jualannya makin laris manis nih berkat medsos, seneng lihatnya jadi pengen punya usaha sendiri juga. Semangat Mbaaa :*

      Delete
  6. Salam kenal mbak hani, menarik banget postingan nya, heheh jadi tahu nih kegunaan medsos buat apa, saya newbie di dunia per bloggeran heheh

    ReplyDelete
    Replies
    1. Salam kenal kembali Mba Ikaaaa.
      Selamat datang di dunia Blogger ya Mba, senangnya makin nambah teman :*

      Delete
  7. Sosmedku yang aktif dan menghasilkan ya 3 itu, IG FB TW. Sungguh mengagumkan virtual office ini. Bekerja tanpa mengenal tempat dan waktu.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yess Mba, tinggal manajemen waktunya aja yg harus dibenahi, jangan sampai kurang istirahat ya, aku udah jarang jadi "Kalong", haha

      Delete
  8. Dari dulu udah pengen stop facebook karena banyak mudhorotnya seperti jadi keasyikan lihat hape. Alasan bertahan cuma karena kerjaan alias sebagai blogger ya terpaksa harus tetap punya facebook hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Setujua Mba Leyla, socmed sebagai Penunjang kerjaan as a Blogger.

      Delete
  9. Pernaaahh, seriiiingg.
    Cumaaaa ya karena buat support aktivitas ngeblog akhirnya kepaksa ((KEPAKSA)) dipertahankan. Cuma ya itu "gk terlalu anggap serius" dengan drama2 di medsos.
    Medsos utk kerjaan aja kyk endorse, ngebuzzer dll

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ini nih penting bgt, harus pinter menyaring dan sering2 bebersih timeline supaya kita gunain medsosnya gak kebablasan juga ke ranah yg gak perlu.

      Delete
  10. sebelum nyemblung ke dunia blogger, aku gak punya twitter ternyata klo mau monetize blog itu sosmed wajib aktif

    ReplyDelete
  11. Dr dulu aktif sosmed awalnya utk memantau murid2. Tapi setelah resign, ternyata malah bisa menghasilkan. Jadi ya bablas terus deh gunain sosmed.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yeayy, lumayan ya mba daripadq quota abis gitu doang, mending dipakai utk menghasilkan yg lebih lagi :)))

      Delete
  12. Dari yang dibahas diatas satu-satunya yang sempat buatku menghasilkan uang adalah si youtube, kalau twitter, IG dll aku gak bakat. Itu juga aku main youtube serasa gak sengaja karena cuma nulis hahahihi doang ternyata peminat banyak, namun tragis ketika subcribe-nya memasuki 29K kena suspend. Mau mainan youtube lagi tapi sekarang makin parah, bukan lagi minimal 10K viewnya tapi syaratnya terbaru minim sub 1000 dan 4000 jam tayang.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah Mbaaa, YT-ku malah belum menghasilkan apa2. Lagi semangat2nya tambah viewers dengan cara upload video secara berkala, tiba2 aturan YT udah berubah aja. Jumlah Subscribernya harus sekian ribu hiksss. Pasrah deh, tapi tetap upload2.

      Delete
  13. Aku juga nih skrgmedsos utk cari duit secara udh self employee.. Path pernah punya akhirnya vakum, tulisannya jadi membuka mata batinku *eh

    ReplyDelete
  14. Duhhh kalo berhenti dari Ig jelas belum bisa. FB yang kurang nekuni, ya nyetatus, ya share, wkwkwk... Tapi bener sih hasil monetize MedSos sebulan kadang melebihi gajiku jaman nguli di kantor orang. Meski kadang juga cuma dikit dapatnya. Tapi so far aku seneng dan bersyukur bisa dapat duit dari hobi. Nggak cuma stalking status orang atau ngorok seharian, hahahaa

    ReplyDelete
  15. Rada aneh sih bila ada anak generasi masa kini yg anti gadjet. Pernah punya temen kaya gini. Berhenti bersifat media. Semua akunnya di tutup. Dan pada akhirnya. Jika butuh, dibuka lagi. Padahal itu untuk branding diri. Dan sekarang orangnya udah sadar. Social media bukan sekedar trend perkembangan teknologi. Lebih besar dari itu manfaatnya ya. Nice info .

    ReplyDelete
  16. Kalo sudah dimonetisasi adalah mengatur berapa lama kita online. Soalnya nagih. Hihi

    ReplyDelete

Terima kasih telah berkunjung dan berkomentar dengan baik TANPA link hidup di kolom komentar. Dan cukup pakai Url blog saja ya teman-teman di ID namanya.

Part Of Author

Part Of Author
Buku Antologi Pertama & Kedua

My Voice Over Here (BTS Dubbing)

Like us on Facebook

Subscribe