Kugy.. Dyrga..
Sunday, December 20, 2009U're Not a Bell.. But U're an Apple
Aku tahu skarang.. dan seharusnya aku tahu tentang ini lebih awal. Mungkin pada saat itu aku juga sudah tahu, tapi mungkin aku belum mau mengakui kebenarannya. Sekaranglah saatnya. Tempatnya bukan disini, bukan dihatiku. Tempatnya masih disana. Ditempat yang tidak terlalu aku kenal.
Dyrga, percayalah… hampir setahun ini kita dekat. Dan hampir setahun ini juga aku benar-benar belajar tentang banyak hal dari kamu. Banyak hal.
Aku harus berjuang untuk berubah. Aku tidak mungkin selamanya seperti sekarang ini. Dan aku pun memang tidak mau selamanya menjadi bodoh dan lemah. Aku tahu aku tidak se-menyedihkan itu.
Jika saja aku boleh selalu mengikuti kata hatiku, mungkin aku akan selamanya ada dalam bayang-bayang kamu di keseharianku. Aku tahu, betapa besar pengorbanan dan usaha supaya aku bisa benar-benar merasakan betapa sayangnya kamu sama aku. Tapi bukan cara itu Dyr… seharusnya kamu bisa menjadi kekuatanku, bukan kelemahanku. Aku mencintaimu sampai aku terjatuh-jatuh ke lubang yang sama. Dan semakin lama, rasa sakitnya semakin melebar dan menjalar ke setiap sendi.
Katakanlah kamu merasakan sakit yang sama, aku minta ma’af untuk itu. Tapi aku, hanya mencoba untuk membela hatiku sendiri, disaat tidak ada satupun orang yang bisa melakukannya, selain aku. Biarkan aku menjadi egois sepertimu.
Lihatlah, aku baik-baik saja walau tanpa kamu. Aku tahu aku bisa mengembalikan diriku yang telah lama hilang. Aku akan baik-baik saja. Begitupun dengan kamu. Jangan berpikir aku jahat karena keadaan kita sekarang. Karena aku, pun, tidak ingin menyalahkan siapapun atas sakit yang tengah kurasakan ini. Sakit karena pada akhirnya aku harus kehilanganmu. Dengan keputusan yang kubuat sendiri, dan konsekwensi yang harus kutanggung dengan senang hati. Aku tidak akan menyesal. Hopefully..
Dari kacamata apapun. Dari sudut pandang manapun. Aku tetap akan berdiri ditempatku sekarang berada. Dengan kamu yang akan menjadi penyemangatku selalu meskipun kamu tidak akan selalu nampak nyata dihadapanku. Biarkan aku belajar tanpa kamu. Tanpa bahu dan tangan yang sebelumnya selalu ada di setiap detik hari-hariku. Dan percayalah, kamu bisa menjadi apapun yang kamu mau. Tapi kamu bukan ‘bel”, yang harus selalu kutekan terlebih dahulu tombolnya supaya kemudian aku bisa mendengar “suara”mu.
0 komentar
Terima kasih telah berkunjung dan berkomentar dengan baik TANPA link hidup di kolom komentar. Dan cukup pakai Url blog saja ya teman-teman di ID namanya.